PowerCommerce.Asia dipercaya untuk menjadi mentor pada acara Dompet Dhuafa Innovation Workshop yang diselenggarakan pada Kamis (9/09) lalu di Panjang Jiwo Resort, Bogor. Innovation Workshop yang berlansung selama dua hari ini diikuti oleh para supervisor (SPV) dari Dompet Dhuafa.
Dompet Dhuafa sebagai salah satu lembaga non-profit terbesar di Indonesia bertransformasi menjadi lembaga yang bisa beradaptasi di era digital. Mereka terus mencoba meningkatkan kemampuan berinovasi dari para SPV. Salah satunya dengan menghadirkan PowerCommerce.Asia sebagai mentor.
Innovation Workshop ini dibuka dengan membagi peserta ke dalam enam kelompok. Setiap kelompok diberi satu topik sesuai dengan proses bisnis yang ada di Dompet Dhuafa, yaitu education, customer, offline donation, online donation, empowerment distribution, dan humanity distribution. Pembagian kelompok dilakukan dengan kriteria setiap peserta tidak boleh berada pada kelompok yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.
Leadership menjadi topik pertama yang dibahas pada workshop ini. Topik ini dimentori oleh Chief Executive Officer (CEO) PowerCommerce.Asia, Hadi Kuncoro. Sebagai sosok yang berpengalaman, beliau menjadi sosok yang tepat untuk menjadi mentor pada topik leadership. Terlebih, PowerCommerce.Asia memang memiliki spesialisasi pada bidang digital.
Dompet Dhuafa Innovation Workshop
Pada kesempatan ini, Hadi Kuncoro mendorong para peserta untuk merubah pola pikirnya saat ini. Mereka dituntut untuk berpikir sebagai pemimpin dari perusahaan. Sehingga, mereka akan terus mencari solusi yang terbaik sekaligus mencari inovasi-inovasi baru untuk terus mengembangkan diri dan perusahaan.
Hari kedua workshop dilanjutkan dengan pembahasan mengenai topik design thinking oleh Chief Commercial Officer (CCO) PowerCommerce.Asia, Adez Aulia. Beliau menekankan bahwa design thinking menjadi sebuah kerangka yang diperlukan ketika akan melakukan inovasi. Discover menjadi tahapan pertama dalam proses design thinking. Peserta workshop harus mengamati keadaan proses bisnis yang jadi topik kelompoknya masing-masing. Mereka harus memahami kondisi secara riil sehingga dapat merumuskan permasalahan-permasalahan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Ketika permasalahan sudah bisa dirumuskan, saatnya mereka mengembangkan ide untuk mencari solusi atas permasalahan yang ditemukan. Ide-ide tersebut kemudian dituangkan ke dalam sebuah model prototype. Prototype ini digunakan untuk menguji konsep atau ide yang telah dirumuskan sebelumnya. Untuk workshop ini, Adez menyarankan untuk menggunakan paper prototyping atau power point prototyping.
Setelah dibekali oleh para mentor, peserta workshop diberikan tugas untuk membuat sebuah prototype design thinking sesuai dengan topik kelompoknya masing-masing. Lalu mereka melakukan proses pitching atau presentasi singkat kepada para mentor mengenai konsep prototype yang masing-masing kelompok tawarkan setelah melakukan proses design thinking.
“Workshop ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berinovasi dari para SPV Dompet Dhuafa, khususnya di transformasi digital. Seluruh kelompoknya ternyata menghasilkan prototype berupa sebuah aplikasi.” jelas HDR PowerCommerce.Asia, Azkia.
Dari keenam kelompok yang ada, seluruh kelompok menghasilkan prototype berupa aplikasi untuk menunjang proses bisnis yang ada di Dompet Dhuafa. Hal ini menunjukkan kesiapan dari para peserta untuk berinovasi di bidang digital. Dompet Dhuafa Innovation Workshop ini juga menjadi langkah yang baik dari Dompet Dhuafa untuk terus berkembang mengikuti perkembangan transformasi digital saat ini.